Apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang bedo'a apabila ia bermohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (al-Baqarah: 186)
Ayat ini terungkap dalam al-Qur`an berada diantara ayat tentang shaum. Mulai dari ayat 183 sampai 185 mengemukakan tentang shaum dan ayat ke 187- nya juga tentang shaum. Karena itu ayat ini mengisyaratkan bahwa orang yang shaum jika berdo'a kepada Allah Swt., maka doanya akan dikabulkan. Rasulullah Saw. dalam haditnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan diterima dari Ibnu 'Umar bersabda, "Do'a orang yang shaum ketika berbuka akan dikabulkan." Masih menurut Beliau Saw. dalam hadits riwayat Ibnu Majah dari Abi Hurairah bahwa ada tiga golongan orang yang do'anya tidak akan ditolak, salah satunya adalah do'a orang yang sedang melaksanakan shaum hingga ia berbuka.
Suatu ketika pernah datang seorang Arab Badui menjumpai Rasulullah Saw. lalu bertanya, ya Rasulullah apakah Tuhan kita itu dekat atau jauh? Jika Tuhan itu dekat, maka saya akan berdo'a dengan suara yang sangat pelan, tetapi jika Tuhan itu jauh, maka saya akan berdo'a dengan suara keras. Mendengar pertanyaaan itu Rasulullah terdiam sejenak memikirkan jawabannya. Tak lama kemudian Allah menurunkan ayat di atas sebagai.
Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku qariib (dekat). Qariib merupkan ungkapan dalam bentuk yang menunjukkan lebih (shighah mubalaghah) yang artinya sangat dekat. Bahkan dekatnya Allah kepada kita melebihi dekatnya urat leher (QS. Qaf: 16). Berbeda dengan keumuman ayat yang jika tersurat ada ungkapan kalimat pertanyaan, maka di dalamnya ada terungkap kata qul (jawablah), seperti mereka bertanya kepada kamu tentang ruh, qul (jawablah) oleh kamu bahwa ruh itu urusan Tuhanku (QS. Al-Isra: 85). Tidak terungkapnya lafad qul (jawablah) dalam QS. al-Baqarah: 186 di atas menunjukkan bahwa dekatnya Tuhan kepada kita tanpa perantara, tetapi langsung, Karena itu sebagai jawaban dari pertanyaan di atas menegaskan bahwa berdo'a itu tidak mesti dengan suara keras, tetapi harus pelan dan sehubungan dengan dekatnya Allah kepada kita tanpa ada perantara, maka dalam berdo'a seyognya dilaksanakan secara langsung, tidak perlu melalui perantara.
Dalam hadits yang diriwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Wahai manusia kasihanilah diri kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berdo'a kepada yang tuli dan yang tidak ada, tetapi Dia senantiasa bersama kamu. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Berkah nama-Nya dan Maha Tinggi kemuliaan-Nya.
Orang Arab jahiliyah jika memohon do'a kepada Tuhan, mereka biasa menjadika berhala Lata dan 'Uza sebagai perantara untuk bisa menyampaikan kepada Tuhan-Nya. Kebiasaan seperti itu dikecam oleh Allah, "…Dan ingatlah (berdo'alah) kepada-Nya sebagaimana Ia telah membimbing kamu. Dan sesungguhnya kamu dahulu benar-benar termasuk orang yang sesat. (QS. al-Baqarah: 198).
Setiap orang yang berdo'a kepada-Nya pastilah Dia (Allah) akan mengabulkannya dengan syarat:
1. Orang yang berdo'a harus senantiasa menghadapkan pengharapannya hanya kepada Allah dan bukan pula menghadapkan diri kepada-Nya bersama dengan lainnya. Hal ini difahami dari ungkapan apabila ia bermohon kepada-Ku (bentuk tunggal) yang menunjukkan hanya khusus kepada Allah, bukan kepada Kami (bentuk jama') yang menunjukkan ada kepada fihak yang lainnya selain Allah. Sebagai contoh orang berdo'a dalam lisannya kepada Allah, tetapi dalam hatinya mengharapkan uluran tangan manusia. Ini berarti dia berdo'a tidak menghadapkan pengharapan kepada Allah, padahal selain Allah tidak akan ada yang dapat memenuhi pengharapan kita. Seandainya Allah menetapkan untuk sampainya sesuatu kepada hamba-Nya, maka tidak ada siapapun yang mampu menghalanginya. Demikian pula sebaliknya seandainya Allah menahan sesuatu dari hamba-Nya, maka tidak ada siapapun yang dapat memberinya;
2. Orang yang berdo'a hendaklah memenuhi segala perintah-Nya sebagaimana diungkapkan dalam bentuk kalimat falyastajiibuu lii. Rasulullah Saw. pernah memperingatkan kepada orang yang menengadah ke langit sambil berseru, "Tuhanku, Tuhanku (perkenankan do'aku), tetapi makanan yang dimakannya haram, pakaian yang dikenakannya haram, maka bagaimana mungkin dikabulkan do'anya."
3. Orang yang berdo'a harus tetap beriman dan meyakini ke-Esaan Allah. Bukan sekedar ini, tetapi harus mempercayai sepenuhnya bahwa Allah akan memberikan sesuatu yang terbaik dan memberi maslahat buat hamba yang berdo'a. Hal ini ditegaskan dengan ungkapan fal yu`minuu bii. Yang mengetahui tentang kebutuhan dan diperlukan oleh kita hanyalah Allah. Adakalanya seorang hamba memohon sesuatu kepada Allah, tetapi ternyata sesuatu itu tidak memberikan maslahat untuk pemohon dan sebaliknya seseorang mungkin tidak memohonkan sesuatu kepada Allah karena dianggap itu tidak berfaidah buat dirinya, tetapi ternyata Allah menganggap itu memberikan manfaat besar buat orang itu. Bisa saja Allah memperlakukan pemohon seperti sikap seorang ayah kepada anak-anaknya. Sekali waktu ia memenuhi permintaan anak-anaknya dan di kali yang lain ia tidak memenuhinya, karena dianggap dapat membahayakan pribadi anak itu.
Falyu`minuu bii juga memberikan makna bahwa kita harus meyakini sepenuhnya Allah akan mengabulkan do'a, tidak tergesa-gesa untuk segera dikabulkan dan tidak mendikte bahwa Allah harus memberikan apa yang kita harapkan yang belum tentu akan lebih baik. Rasulullah Saw. bersabda, "Hendaklah kamu berdo'a kepada Allah dengan meyakini akan diijabah, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan memperkenankan do'a orang yang lalai, (H.R. Bukhari dan Muslim). "Seseorang berdo'a pasti akan dikabulkan selama tidak mendesak-desak. Dia berkata, 'Aku telah berdo'a, tetapi do'aku tidak dikabulkan, (H.R. al-Bukhari dari Abi Hurairah).
Permohonan orang yang bedo'a yang tidak disertai melakukan dosa dan memutuskan tali sillaturrahim akan dikabulkan Alllah dengan salah satu diantara yang tiga, yaitu: (a) Allah akan memperkenankannya dengan segera; (b) Allah menangguhkan sampai hari kemudian; dan (c) Allah menghidarkan dari keburukan yang dimohonkan.
Hal-hal yang berkaitan dengan bimbingan do'a di atas disampaikan Allah agar kamu (kita) mengetahui jalan yang terbaik serta bertindak tepat, baik menyangkut soal dunia maupun akhirat. Wallahu a'lamu bi al-shawab.
BY
Hamid Shidiq
0 komentar :
Posting Komentar