عَنْ حَارِثَةَ بْنِ وَهْبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ؟ كُلُّ عُتُلٍ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ. (متفق عليه).
“Dari Haritsah bin Wahb ra. berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Maukah kalian aku beritahu tentang ahli neraka? Yaitu setiap orang yang kejam, rakus dan sombong’.” (H.R. Muttafaq alaih).
1st. Tercelanya Kesombongan
Selain hadist di atas diriwayatkan pula beberapa hadist lainnya di antaranya dari Sa’id al-Khudri ra. berkata, Rasulullah Saw bersabda:
“Sorga dan neraka itu berdebat, neraka berkata, ‘Padaku orang-orang yang kejam dan sombong’. Sorga berkata, ‘Padaku orang-orang yang lemah (tertindas) dan miskin’. Kemudian Allah memberi keputusan kepada keduanya, ‘Sesungguhnya engkau surga adalah rahmat-Ku, Aku hendak memberi rahmat denganmu kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan sesungguhnya engkau neraka adalah tempat siksaan-Ku, Aku menyiksa dengan engkau kepada siapa yang saja yang Aku kehendaki dan bagi masing-masing kamu berdua Aku akan memenuhinya’.” (H.R. Muslim).
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فيِ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. (رواه مسلم)
Tidak masuk surga siapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sekecil apa pun.” (H.R. Muslim).
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فيِ صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمُ الذُّلُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ يُسَاقُوْنَ إِلىَ سِجْنِ جَهَنَّمَ يُقَالُ لَهُ بُوْلَسْ تَعْلُوْهُمْ نَارُ اْلأَنْيَارِ يُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِيْنَةَ الْخَبَالِ. (رواه الترمذي).
“Orang-orang yang sombong dibangkitkan pada hari kiamat seperti debu dalam bentuk sosok laki-laki. Mereka diliputi kehinaan dari setiap tempat dan mereka digiring ke penjara Jahannam bernama Bulas dan mereka dituangi api yang sangat besar serta diberi minum dari keringat penghuni neraka bernama Thiitanul khabaal (nanah penghuni neraka).” (H,R at-Tirmidzi dan ia menilainya hasan yang dibenarkan oleh Muhaqqiq Jaami’ul Ushul).
Kesombongan adalah rasa angkuh dalam hati yang melahirkan penolakkan dan penghinaan terhadap orang lain seperti diungkapkan oleh Nabi Saw bahwa sombong adalah Bathrul haq wa ghamtun naas (menolak kebenaran dan menghina orang lain). Tumbuh rasa bahwa dirinyalah yang terhormat, terhebat, terpilih dan terpenting, yang lain tidak. Sehingga sifat ini menumbuhkan rasa negatif lainnya yaitu tidak memerlukan nasihat dan pelajaran dari orang lain. Sifat negatif ini dapat merasuk dan merusak siapa saja, baik si miskin, si kaya, tua muda, yang bodoh maupun yang alim.
Penolakan terhadap kebenaran sekalipun bentuk kebenaran itu dianggap sepele oleh sebagian orang, seperti orang yang makan dengan tangan kiri padahal mampu dengan tangan kanan, maka ia telah berbuat kesombongan.
Diceritakan dari Salamah bin al-Akwa’ ra. bahwa ada seorang laki-laki makan di hadapan Rasulullah Saw dengan tangan kirinya, lantas bel;iau menegurnya, “Makanlah dengan tangan kananmu.” Laki-laki itu menjawab, “aku tidak bisa.” Beliau bersabda, “Kamu tiddak bisa,itu adalah perbuatan sombong.”
Kata Salamah kemudian laki-laki itu tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut. Demikianlah dalam hadist yang diriwayatkan Imam Muslim.
Selain itu, sifat negatif ini dapat merusak akhlak siapa saja, baik si miskin, si kaya, tua muda, yang bodoh maupun yang alim. Karena itu sifat ini sangat tidak disukai siapa pun apalagi oleh Allah SWT. Dialah yang memiliki hak mutlak atas kesombongan ini. Seperti dijelaskan dalam hadist di atas dan hadist berikut ini:
“Allah Azza Wa Jalla berfirman, ‘Keperkasaan itu sarung-Ku dan kebesaran itu selendang-Ku. Maka barangsiapa yang menentang-Ku dalam sesuatu dari kedua sifat itu, Aku akan menyiksanya.” (H.R. Muslim).
Ibnul Atsir menjelaskan, Keperkasaan dan kebesaran diumpamakan dengan sarung dan selendang, karena orang yang memiliki kedua sifat itu berarti mengenakan sarung dan selendang, dan tidak boleh seorang pun ikut mengenakan sarung dan selendangnya. Begitu pula Allah Azza Wa Jalla: Keperkasaan dan Kebesaran adalah sarung dan selendang-Nya. Maka tidak layak siapa pun ikut memiliki kedua-duanya.
Allah SWT. berfirman:
وَلاَتَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ اْلأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً {الإسرى: 37}
“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesunguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (Q.S. al-Israa: 27).
وَلاَتُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَتَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور.ٍ وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ اْلأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ {لقمان:18-19}.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai.” (Q.S. Luqmaan: 18-19).
2nd. Tawadhu’ Lawan Sombong
Seperti halnya sifat tawadhu’ tidak akan menyatu melainkan dengan sifat mulia, seperti wara’, zuhud, menjaga diri dan sifat terpuji lainnya. Demikian kesombongan tidak akan menyatu kecuali dengan sifat buruk lainnya, kezhaliman, kerakusan dan kekejaman dan lain sebagainya persis seperti digambarkan dalam hadist di atas. Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتىَّ لاَيَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَيَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ. (رواه مسلم)
“Allah mewahyukan kepadaku, ‘Rendahkanlah dirimu supaya tidak ada orang yang membanggakan diri kepada orang lain dan tidak ada yang berbuat zhalim kepada orang lain’.” (H.R. Muslim).
Dan sabdanya pula:
“Tidaklah sedekah mengurangi harta, tidaklah Allah menambah seseorang yang suka memafkan, kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah, melainkan Allah mengangkat derajatnya.” (H.R. al-Bukhari).
3rd.Tawadhu’nya Nabi Saw
Allah SWT. berfirman:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (Q.S. asy-Syu’ara: 215).
Dari Anas bin Malik ra. yang mengisahkan: “Tidak orang yang lebih mereka cintai daripada Rasulullah Saw. apabila mereka melihatnya, maka mereka tidak berdiri untuk menyambutnya, karena mereka tahu beliau tidak menyukai hal semacam itu.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi dengan sanad shahih).
Beliau bersabda:
“Janganlah kalian memuji secara berlebihan sebagaimana kaum Nashrani menyanjung Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah, ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya’.” (H.R. al-Bukhari).
Nabi Saw banyak berdzikir, sedikit bicara, memanjangkan shalat, memendekkan khutbah, beliau tidak segan dan tidak sombong untuk berjalan bersama janda dan orang miskin dan juga hamba sahaya hingga beliau membereskan keperluannya.” (H.R. an-Nasa’i, hadist shahih).
“Keseharian Nabi Saw duduk di atas tanah, makan di atas tanah, mengikat kambing dan memenuhi undangan sahaya sekalipun dengan hidangan roti syair.” (H.R. at-Thabrani, hadist hasan).
0 komentar :
Posting Komentar