Sabtu, 06 Agustus 2011



وَابْتَغِ فِيْمَا ءَاتَاكَ اللهُ الدَّارُ اْلأَخِرَةُ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا.... (القصص: 77)
            Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan negeri akhirat), dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi....”

Demi masa depan lebih baik, keturunan dan hari tua, manusia menumpuk-numpuk kekayaan hasil usahanya, padahal belum tentu dapat dinikmatinya. Namun manusia kadang tak mengenal waktu ia terus berusaha sekuat tenaga untuk menggapainya.
Sebenarnya Allah Yang Maha Pemberi rizqi sama sekali tidak melarang manusia berbuat demikian untuk mencukupi hajat kebutuhannya. Justru Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya agar tidak lupa diri bahwa ada bagian rizqi yang harus dicarinya yang telah tersedia di dunia ini. Seperti firman-Nya dalam surat Al-Qashash ayat 77:
Bahkan sekalipun setelah melaksanakn peribadatan, manusia tetap disuruh untuk kembali bekerja tidak diam dan bertopeng dagu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Jum’ah ayat 10:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاَةُ فَانْتَشِرُوْا فىِ اْلأَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ (الجمعة: 10)
            Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.”
            Dua ayat di atas menegaskan, agar hamba-hamba-Nya selain mencari rizqi guna memenuhi kebutuhan hidup ini, yang lebih prioritas lagi adalah mengutamakan kehidupan akhirat. Jadi sangat kurang tepat jika ada ungkapan “carilah dunia tapi jangan lupa akhirat”, seharusnya adalah “carilah akhirat tapi jangan lupa dunia.” Ungkapan yang kedua ini mengajarkan kepada kita hakikat keseimbangan.
Sebagai orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, semestinya kita menyadari, bahwa kehidupan ini hanya kita alami sekali saja dan sangat sementara. Kehidupan dunia laksana pedang bermata dua, di mana satu mata ketajamannya siap menghancurkan diri kita hingga sehancur-hancurnya dan satu mata lagi ketajamannya siap kita perintah untuk memberikan manfaat yang besar kepada kita. Jika kita pandai mengendalikan pedang bermata dua tadi, maka kita akan selamat, dan jika kita salah mengendalikannya maka pedang tadi akan menebas pemiliknya.
Kita jangan silau oleh gemerlapannya kehidupan dunia yang begitu indah dan sangat menggiurkan, lantas kita melupakan Allah dan kehidupan akhirat yang kekal. Allah mengingatkan kita dalam surat Al-Munafiquun ayat 9:
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ....(المنافقون: 9)
            Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah....”
            Kita biasanya akan merasa rugi jika saja kita kehilangan investasi, orang rela berebut untuk memenangkan tender sebuah proyek yang belum tentu hasilnya apakah bisa dinikmati atau tidak. Tapi kita tidak pernah merasa lebih rugi jika saja kita kehilangan investasi akhirat, yang nyata-nyata hasilnya akan dapat dirasakan di hari pembalasan nanti.
            Agar harta yang kita miliki tidak rugi, maka kita harus berinvestasi, tentunya investasi yang lebih menguntungkan, baik untuk sekarang di dunia maupun kelak di akhirat. banyak cara untuk berinvestasi yang berlipat ganda keuntungannya ini, jika kita berharta maka prosedurnya semisal shadaqah, zakat, infak dll. Jika tidak memiliki harta  yang cukup, kita bisa berinvestasi dengan apa yang bisa kita lakukan untuk kebaikan bersama, atau setidaknya dengan dorongan doa kepada sesama inipun investasi. 
            Jika pada hari ini kita diberi kelebihan rizqi jangan ragu-ragu, yakinlah sepenuhnya kepada Allah bahwa setiap yang kita kleuarkan akan diganti berlipat-lipat sekarang di dunia maupun nanti di akhirat. Itulah sebaik-baik berinvestasi.
           

0 komentar :

Posting Komentar