Sabtu, 06 Agustus 2011



1. Definisi Evaluasi
Tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
Dari dua kalimat di atas, kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu : pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai.
Di dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedangkan penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai. 
Evaluasi dalam proses belajar mengajar artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah proses belajar menurut Tardif et. Al. (1989).
Evaluasi berarti: proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dangan kriteria yang telah ditetapkan.
Istilah THB dan TPB adlah alat-alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf  keberhasilan sebuah proses belajar-mengajar atau untuk menetukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran.
2. Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan.
Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat, apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan.
Dalam proses pendidikan, ada 4 proses komponen pendidikan yaitu:
a. In put                                    c. Out put
b. Transformasi                         d. Feed back
In put adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi, dalam hal itu yang dimaksud adalah calon siswa.
Transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia pendidikan, sekolah itulah yang dimaksud dengan tansformasi.
Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain :
  • Guru dan personal lainnya
  • Bahan pelajaran
  • Metode mengajar dan system evaluasi
  • Sarana penunjang
  • Sistem administrasi

Feed back (umpan balik) yaitu segala informasi, baik yang menyangkut out put maupun transformasi. Umpan balik ini diperlikan untuk memperbaiki in put maupun transformasi dan diketahui penyebab kegagalannya, diantaranya :
  • In put yang kurang baik kualitasnya
  • Guru dan personal yang kurang tepat
  • Materi yang tidak atau kurang cocok
  • Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai
  • Kurangnya sarana penunjang
  • Sistem administrasi yang kurang tepat.

3. Tujuan dan Manfaat Evaluasi
a. Tujuan Evaluasi
Dengan mengetahui manfaat evaluasi, fungsi evaluasi pendidikan bertujuan untuk :
1.      Evaluasi berfungsi selektif
Guru dapat memilih sisiwa untuk memasuki sekolah tertentu, naik tidak naik, mendapat beasiswa prestasi, atau lulus.
2.      Evaluasi berfungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan sisiwa. Disamping itu, diketahui pula sebab musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswanya tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara mengatasi.
3.      Evaluasi berfungsi sebagai penempatan
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara Barat, adalah system belajar sendiri dengan modul, sebagai pengakuan yang besar terhadap bakat, dan kemampuan siswa. Belajar yang baik dan efektif  harus disesuaikan dengan pembawaan yang ada.
Akan tetapi, disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar dilaksanakan. Pengajaran kelompok adalah pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan.
Untuk menentukan dengan pasti di kelompok mana, seorang harus ditempatkan, digunakan suatu evaluasi yang sama sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama, akan berada dikelompok yang sama.
 4. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu factor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi.     
Pertama, untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
Kedua, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
Ketiga, untukmengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
Keempat, untuk hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.
Kelima, untuk menge tahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalamproses belajar-mengajar.
b. Manfaat Evaluasi
Manfaat evaluasi di dalam proses pendidikan (khususnya  bagi siswa, guru dan lembaga) secara umum yaitu :
  1. Bagi siswa
Siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yag diberikan oleh guru, apakah memuaskan atau tidak, tuntas atau tidak tuntas.
  1. Bagi guru
1.      Dapat mengetahui siswa yang belum berhasil dalam belajar dan menguasai bahan.
2.      Perhatian guru dapat memsat pada siswa yang belum berhasil, dan memberikan perlakuan agar terjadi perubahan.
c.   Bagi sekolah
1. Menjadi tolak ukur diketahuinya kondisi belajar yang dicipyakan oleh sekolah apakah sudah sesuai harapan atau tidak.
2. Tepat tidaknya kurikulum sekolah itu sehingga kalau ada kekurangan, maka menjadi perbaikan dimasa mendatang.
3. Informasi hasil penilain yang diperolah dari tahun ketahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum.
Evaluasi pendidikan khusus bagi guru dalam proses belajar  juga memiliki fungsi-fungsi sebagai mana tersebut di bawah ini.
1.            Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku raport.
2.            Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan.
3.            Fungsi diagnostikuntuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial tiching (pengajaran perbaikan)
4.            Sebagai sumber data BP yang dapat memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan(BP).
5.            Sebagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi perkembangan kurikulum, metode dan alat-alat PBM.
4.  Ciri-ciri Penilaian dalam Pendidikan
            Menurut Soder bloom ada 3 ranah sasaran belajar yang ingin dicapai yaitu : kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
Anak yang pandai dapat terlihat dari dari beberapa kemampuan  intelejen sebagai berikut :
  • Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan
  • Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik
  • Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru
  • Kemampuan untuk mengingat-ingat
  • Kemampuan untuk memulai hubungan
  • Kemampuan untuk berfungsi
5. Ragam Evaluasi
a.      Pre-test, Proses  Test dan Post-test
Menurut waktunya, test terbagi atas 3 yaitu pre test, proses test dan post tes.
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan mulai penyajian materi baru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan.
Proses test dilakukan guru selama KBM berlangsung, tujuannya untuk memantau kemauan anak mengikuti belajar dan penyerapann selama PBM berlangsung.
Post-test adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
b. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
c. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setalah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran. Tujuan adalah untuk  mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrumen evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapat kesulitan.
d. Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik ,yakni untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
e. Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.
f. EBTA dan EBTANAS
Pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan suatu siswa.
6. Ragam Alat Evaluasi
      a. Bentuk Obyektif
Bentuk tes sebenarnya terbagi atas dua yaitu pilihan dan essay. Kedua bentuk ini bisa juga obyektif, yakni tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) sedangkan essay kadang bersifat subyektif. Hal ini karena ragam jawaban yang diberikan oleh siswa terutam pada essay terbuka menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya. Ada lima macam tes yang termasuk dalam evaluasi ragam obyaktif ini.
1)Tes Benar Salah
Tes ini merupakan alat evaluasi yang paling bersahaja, baik dalam hal susunan item-itemnya, maupun dalam hal cara menjawabnya.
2)Tes Pilihan Berganda
Item-item dalam tes pilihan berganda biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab dengan memilih salah satu dari empat atau lima alternatif jawban yang mengiringi setiap soal.
Pada zaman modern sekarang , dunia pendidikan, khususnya di Barat, sudah mulaime sudah mulai meninggalkan tes berganda kecuali untuk keperluan-keperluan diluar pengukuran prestasi belajar. Alasan-alsan ditinggalkannyajenis tes ini ialah:
1.      Kurang mendorong kretivitas ranah cipta dan karsa siswa.
2.      Sering terdapat dua jawaban yang identik atau sangat mirip, sehingga              terkesan kurang diskriminatif.
3.      Sering terdapat satu jawaban yang sangat mencolok kebenarannya.
3)Tes Percocokan (menjodohkan)
Tes percocokan (matching test) disusun dalam dua daftar yang masing-masing memuat kata, istilah, atau kaliamat yang diletakan bersebelahan.
4)Tes Isian
Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek, yang pada bagian-bagian yang memuat istilah atau nama tertentu dikosongkan.
5)Tes Pelengkapan (Melengkapi)
Cara menyelesaikan tes melengkapi pada dasarnya sama dengan cara menyelasaikan tes isian. Perbedaannya terletak pada kalimat-kalimat yang digunakan sebagai instrumen. Dalam tes melengkapi kalimat-kalimat yang trsusun dalam bentuk karangan atau cerita pendek, tetapi dalam bentuk kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri.
      b. Bentuk Subyektif
Alat Evaluasi yang berbentuktes subyektif adalah alat pegukur prestsi belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan skor atau angka pasti. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa. Instrumen evaluasi mengambil sebuah bentuk essay examination, yakni soal ujian mengharuskan siswa-siswa menjawab setiap pertanyaan dengan cara menguraikan atau dalam bentuk karangan bebas.
Jenis tes juga terbagi atas dua jenis yaitu lisan, tulisan dan perbuatan  dalam prakteknya lisan biasanya subyektif sedangkan tulisan obyektif  kecuali pada essay terbuka.
7. Syarat Alat Evaluasi
Langkah pertama yang perlu ditempuh guru dalam menilai prestasi belajar siswa adalah menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, dalam arti tidak menyimpang dari indikator danj enis prestasi yang diharapkan.
Persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi belajar meliputi dua macam yakni reliabilitas danvalidasi.
Reliabilitas. Secara sederhana reliabilitas berarti hal tahan uji atau dapat dipercaya. Sebuah alat evaluasi dipandang reliabel atau tahan uji, apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil.
Validitas. Pada perinsipnya, validasi berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi dipandang valid apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
8. Evaluasi Berbagai Ranah Psikologis
Pada evaluasi  ini sasarannya,  pengukuran keberhasilan belajar; baik yang berdimensi ranah cipta, ranah rasa, maupun ranah karsa. Namun, tekanan khusus pada bagian ini akan diberikan pada pengukuran prestasi ranah rasa, mengingat sangat dominannya aspek psikologis dalam memnentukan keberhasilan belajar.
Guru yang baik adalah yang mengerti kondisi psikologis siswa, sehingga proses pembelajaran lebih bisa menyatukan keadaan jiwa dan lebih manusiawi.
a. Evaluasi Prestasi Kognitif
Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tulis maupun tes lisan dan perbuatan. Alasan mengapa tes lisan kurang mendapat perhatian adalah karena pelaksanaannya yang face to face (berhadapan langsung).
Dampak negatif yang tak jarang muncul akibat tes yang face to face itu, ialah sikap dan perlakuan yang subyektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun tingkat kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Untuk mengatasi masalah subyektivitas itu, semua janis tes tertulis baik yang berbentuk subyektif maupun yang berbentuk obyektif (kecuali tes B-S), seyogiyanya dipakai sebaik-baiknya oleh para guru.
b. Evaluasi Prestasi Afektif
Dalam merencanakan penyusunan instrumen tes prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi seyogiyanya mendapat perhatian khusus. Alasannya, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
Perlu pula dicatat, untuk memudahkan identifikasi jenis kecenderungan afektif siswa yang representatif, item-item skala sikap sebaiknya dilengkapi dengan label/identitas sikap yang meliputi:
1) Doktin yakni pendirian
2)Komitmen yakni ikrar setia untuk melakukan atau meninggalkan suatu    perbuatan.
3) Penghayatan yakni pengalaman batin  
4) Wawasan yakni pandangan atau cara memandang sesuatu
c. Evalusi Prestasi Psikomotor
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Observasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain, dengan pengamatan langsung. Namun, observasi harus dibedakan dari eksperimen pada umumnya dipandang sebagai salah satu cara observasi Reber, 1988).
Guru yang melakukan observasi psikomotor siswa-siswaanya seyogiyanya mempersiapkan yang langkah-langkah cermat dan sistematis menurut pedoman yang terdapat dalam lembar format observasi yang sebelumnya telah disediakan baik oleh sekolah maupin oleh guru itu sendiri.          
      

0 komentar :

Posting Komentar